1. Penyakit
Perusahaan
mengenal dua kategori penyakit yang diderita tenaga kerja
a. Penyakit
umum
Adalah semua penyakit yang mungkin dapat
didertita oleh setiap orang, baik yang bekerja, masih sekolah atau menganggur. Pencegahan
penyakit ini merupakan tanggung jawab seluruh anggota masyarakat.
Adapun rangkaian
pemeriksaan kesehatan pra-karya adalah sebagai berikut :
1)
Pemeriksaan
umum lengkap dengan sjarah penyakit yang pernah diderita calon karyawan, istri
atau keluarga dekat
2)
Rontgen
paru-paru
3)
Pemeriksaan
lengkap kardiovaskuler :
a)
Tekanan
darah pada berbagai posis / keadaan
b)
Electro
Cardiograph (ECG)
c)
Hematologi
rutin
d)
Urine
lengkap
e)
Blood
Chemistry ur/er
f)
Cholesterol
total
g)
Coranalyzer
foto Rontgen
4)
Pemeriksaan
fungsi hati :
a)
Hematologi
rutine
b)
Urine
lengkap
c)
Blood
Chemistry
·
Billirubin
total
·
Fosfatase
·
Protein
total
·
SGPT
·
SGOT
·
T.T.T.
·
Kunkel
·
Cholesterol
total
·
HDL
·
Triglyceride
b. Penyakit
akibat kerja
Penyakit akibat kerja
atau yang lebih dikenal sebagai man made diseases, dapat timbul setelah seorang
karyawan yang tadinya terbukti sehat memulai pekerjaannya. Pencegahan dapat
dimulai dengan pengendalian secermat mungkin pengganggu kerja dan kesehatan.
Gangguan ini terdiri dari : a. beban kerja, b. beban tambahan oleh faktor
lingkungan, c. kapasitas kerja.
2. Faktor
– faktor Penyebab
Adapun
faktor – faktor penyebab beberapa penyakit tersebut adalah sebagai berikut :
1) Golongan
fisik
a)
Bunyi
atau getaran bisa menyebabkan ketulian atau pekak (permanen atau sementara)
b)
Suhu
ruang kerja. Suhu tinggi dapat menyebabkan hyperprexia, dll. Sedangkan suhu
rendah (bawah 0o) dapat menyebabkan kekakuan dan kerdangan.
c)
Radiasi
sinar Rontgen atau sinar-sinar radio aktif yang menyebabkan kelainan pada
kulit, mata, bahkan susuan darah.
d)
Tekanan
udara yang tinggi menyebabkan ketulian permanen, Caisson disease, dll.
e)
Penerangan
yang kurang baik menyebabkan kelainan pada mata atau indera penglihatan.
2) Golongan
kimia
a)
Debu
dan serbuk yang menyebabkan penyakit pada saluran pernafasan.
b)
Kabut
dari racun serangga yang menimbulkan keracunan.
c)
Gas,
misalnya keracunan karbon monoksida, hydrogen sulfide, dll.
d)
Uap
yang menyebabkan keracunan atau penyakit kulit.
e)
Cairan
beracun.
3) Golongan
biologis
a)
Tumbuh-tumbuhan
yang beracun atau menimbulkan alergi.
b)
Penyakit
anthrax (semacam infeksi) dari hewan atau Brucella pada karyawan penyemak
kulit.
4) Golongan
fisiologis
a)
Konstruksi
mesin atau peralatan yang tidak sesuai dengan mekanisme tubuh manusia.
b)
Sikap
kerja yang menyebabkan ketelitian dan kelainan fisik.
c)
Cara
kerja yang membosankan atau meletihkan.
5) Golongan
psikologis
a)
Proses
kerja yang rutin dan membosankan.
b)
Hubungan
kerja yang terlalu menekan atau sangat menuntut.
c)
Suasana
kerja yang serba kurang aman.
3. Beberapa
penyakit akibat kerja
Langkah
– langkah ke arah pencegahan penyakit akibat kerja terdiri dari
a)
Kesadaran
manajemen untuk mencegah penyakit akibat kerja.
b)
Pengaturan
tata-cara pencegahan
Tata
cara pencegahan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Substitusi
Bahan-bahan yang berbahaya atau terbukti
dapat menyebabkan penyakit secara cepat atau lambat harus ditukar dengan yang
lebih aman.
2) Isolasi
Mengisolasi proses yang bising atau
pencampuran bahan/larutan yang menimbulkan gas berbahaya.
3) Ventilasi
penyedotan
Kipas penghisap atau exchaust fan pada
tempat-tempat tertentu dipasang agar gas yang berbahaya terhisap keluar dan
ditukar dengan udara bersih, misalnya tempat parker lantai bawah.
4) Ventilasi
umum
Tempat-tempat bekerja bagi karyawan
seperti tempat pengemasan atau dapur produksi harus dilengkapi dengan ventilasi
umum untuk memudahkan peredaan udara.
5) Alat
pelindung
Alat-alat yang melindungi tubuh atau
sebagian dari tubuh wajib dipakai oleh karyawan misalnya topi pengaman, masker,
respirator (alat pernafasan), kacamata, sarung tangan, pakain kerja, dll.
6) Pemeriksaan
kesehatan pra-karya
Setiap karyawan harus terlebih dahulu
melalui pemeriksaan kesehatan umum dan khusus untuk menghindari kelemahan
masing-masing.
7) Pemeriksaan
kesehatan berkala
Pemeriksaan ini perlu untuk menghindari
sedini mungkin apakah factor-faktor penyebab penyakit diatas sudah menimbulkan
gangguan atau kelainan.
8) Pemeriksaan
kesehatan khusus
Karyawan menunjukkan gejala yang dicurigai
ada kaitannya dengan lingkungan kerjanya harus dikirim ke klinik spesialis
untuk pemeriksaan khusus.
9) Penerangan
pra-karya
Sebelum karyawan bekerja ia harus
menjalani induksi atau perkenalan pada lingkungan pekerjaan dan semua peraturan
keselamatan dan kesehatan kerja.
10) Pendidikan
keselamatan dan kesehatan kerja
Setiap penyelia, mandor, anggota, Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan kerja, petugas K3, dan ahlinya harus
menjalani pendidikan k3.
1. Peranan
Paramedis Higiena Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkas)
Setiap petugas Kesehaan dan
Keselamatan Kerja harus dibantu oleh seorang Paramedis Higiena Perusahaan dan
Keselamatan kerja. Tugas utamanya adalah memelihara higiena perusahaan,
mendeteksi gejala penyakit akibat kerja, dan mengambil langkah-langkah
pertolongan atau penaggulangnya pertama. Petugas K3 dan Paramedis HIPERKES
harus bekerja sama seerat-eratnya dibawah pimpinan Ahli k3 perusahaan.
Paranoid biasanya berkembang jika
keadaan terasa kurang aman bagi karyawan. Sang korban akan senatiasa merasa
curiga, tidak betah, atau selalu ingin melarikan diri dari kenyataan.
Substitusi yang sering diambil oleh mereka yang terserang paranoid adalah
membentuk basis kekuatan seperti Serikat Buruh.
Manajemen yang tanggap dapat
mengurangi keadaan paranoid para karyawan dengan mengambil langkah-langkah
sebagai berikut :
1)
Membina
harga diri karyawan.
2)
Memberikan
sebanyak mungkin informasi kepada karyawan.
3)
Memberikan
penjelasan atas segala kejadian dalam perusahaan.
4)
Memberi
kesan bahwa karyawan adalah anggota penting perusahaan.
5)
Mengadakan
kritik dengan amat berhati-hati.
6)
Menghormati
srtiap karyawan.
7)
Konsisten
dalam pelaksanaan peraturan perusahaan.
2. Pengobatan
Preventif
Pengobatan Preventif adalah langkah
yang paling ekonomis dalam penanganan kesehatan karyawan.
Menurut dr. Alex Papilaya,
tingkat-tingkat pengobatan yang bersifat pencegahan adalah :
1) Pencegahan
Tingkat Pertama
a)
Promosi
Kesehatan: pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik, pengembangan
kepribadian, dll.
b)
Perlindungan:
imunisasi, higieana perorangan, sanitasi lingkungan, proteksi terhadap bahaya
dan kecelakaan kerja.
2) Pencegahan
Tingkat Kedua
a)
Diagnosis
dini setiap keluhan dan pengobatan segera.
b)
Pembatasan
titik-titik lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
3) Pencegahan
Tingkat Ketiga
Pencegahan ini meliputi rehabilitas dan
memperkerjaan kembali para penderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan mencoba
menempatkan karyawan-karyawan cacat di jabatan-jabatan yang sesuai.
Menurut dr. Papilaya, focus pengobatan
preventif atau pencegahan dalam perusahaan harus memenuhi kriteria :
a)
Meratanya
(prevalensi) dan beratnya penyakit.
b)
Kemungkinan
untuk dicegah.
c)
Kemungkinan
untuk diditeksi.
d)
Kemungkinan
pengobatan setelah sesutau penyakit dieteksi.
Beberapa
contoh pengobatan preventif atau pencegahan di perusahaan dikemukakan oleh dr.
Papilaya sebagai berikut :
a)
Mengurangi/mengentikan
merokok.
b)
Pemeriksaan
payudara sendiri.
c)
Gerak
badan secara teratur.
d)
Mengurangi
makanan berlemak/cholesterol.
e)
Deteksi
tekanan darah tinggi.
f)
Mengendalikan
stress dan gejala emosional.
g)
Risiko
penggunaan alkohol dan obat-obatan
4) Pemeriksaan
Berkala :
a)
Tekanan
darah.
b)
Mata.
c)
Payudara
dan pengolesan putting susu (Pap. Smear).
d)
Tes
terhadap penyakit paru-paru dan jantung menahun.
e)
Tes
terhadap lemak darah abnormal.
f)
Tes
terhadap hyperglycemia (kadar gula dalam darah yang terlalu tinggi).
g)
Tes
terhadap darahb dalam kotoran (faeces).
h)
Pemeriksaan
terhadap penggunaan alcohol, stress dan kelainan emosi.
3. Biaya Kesehatan Kerja
Penelitian penulis antara tahun 1980
dan 1983 mengungkapkan bahwa di kota Jakarta setiap karyawan mengeluerkan biaya
pengobatan tidak kurang dari Rp. 100.000,- setiap tahun. Biaya konsultasi
dokter spesialis tidak kurang dari Rp. 10.000,- sekali berkunjung, dan
sebagainya.
4. Gizi
Masalah gizi erat kaitannya dengan
pemeliharaan kesehatan karyawan, karena gizi mempengaruhi energy karyawan
sedangkan kerja membutuhkan energy. Di samping untuk istirahat, tidur, dan
peningkatan daya tahan tubuh. Jumlah energy yang dapat dikeluarkan oleh
seseorang adalah 2 tenaga kuda (PK). Namun jumlah ini hanya dapat bertahan
sebentar saja. Perlu dicatat bahwa energi dari volume makanan yang dimakan
tidak selalu setara dengan jumlah energy yang dikeluarkan untuk tubuh.
GAMBAR
1
PENGGUNAAN
ENERGI MENURUT PEKERJAAN
Batas
Rerata Kemampuan kerja 8 jam/hari
K
cal/menit
1 kilo kalori/menit= 0,09 PK = 70
watt
5. Ikhtisar
Kesehatan
karyawan adalah sumber utama produktivitas tinggi. Berbagai penyakit baik fisik
maupun psikologis dapat ditimbulkan oleh lingkungan dan keadaan kerja.
Lingkungan harus terbuka, dan udara bersih bebas bersirkulasi.
untuk file bentuk power point silahkan download disini
ConversionConversion EmoticonEmoticon